17 Jun 2013

11 Dokumen MoU RI_PNG 2013



11 dokumen kesepakatan (MoU) yang ditandatangi PM PNG dan Presiden RI.
di Istana Negara 17 Juni 2013.

1. Perjanjian batas negara. 
2. Diplomatic education and traning,  
3  Extradiction treaty between RI-PNG. 
4. Air transportition
5. Cooperation on petrolium and energy.
6. Education and culture cooperation. 
7. Higher education. 
8. Youth cooperation. 
9. Coopreation mineral development. 
10. Touristism cooperation. 
11. Sport cooperation

*Lukas Enembe: PNG Dukung Pembangunan Papua Dalam NKRI

JAKARTA-Sejalan dengan komitmen Pemerintah untuk menempatkan Provinsi Papua sebagai beranda depan Indonesia di hadapan negara-negara kawasan pasifik, Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono mengajak Gubernur Papua Lukas Enembe,SIP,MH untuk ikut serta dalam pertemuan bilateral dengan Prime Minister of Papua New Guinea, Peter O’neill di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (17/6) kemarin.
 Hadir juga dalam pertemuan tersebut Gubernur Papua Barat Abraham oktavianus Atururi Bram Ataruri, dan 100 pengusaha dari PNG serta beberapa menteri dari PNG, termasuk staf ahli Presiden bidang otonomi daerah, Felix Wanggai.
 Kedatangan PM Papua New Guinea, Peter O’neill ini merupakan kunjungan bersejarah semenjak Peter O’neill terpilih sebagai orang nomor satu di negera tetangga Papua ini. Sebagai negara yang langsung berbatasan dengan Indonesia sepanjang 760 Km di wilayah Kota Jayapura, Kabupaten Keerom, Kabupaten Pegunungan Bintang, Bouven Digoel, dan Kabupaten Merauke, pertemuan bilateral antara Indoensia-PNG ini memiliki nilai yang startegis bagi Indonesia, terutama Provinsi Papua, yang selama ini telah menjalin banyak kerja sama dengan beberapa Provinsi di Negara PNG.
 Pada pertemuan bilateral yang digelar di Istana Merdeka, Jakarta ini, Presiden Susilo Bambang Yudhyono dan PM PNG Peter O’neill sepakat mendatangani sebuah babak baru hubungan bilateral yang disebut Comprehensive Partnership between Republik of Indonesia  and Papua New Guinea (kemitraan komprenhensif antara Indonesia dan PNG).
 Dalam konteks kemitraan yang komprensehensif ini, pemerintah pusat menempatkan Provinsi Papua, sebagai ujung tombak di dalam kerja sama di seluruh bidang pembangunan. Pemerintah PNG mengharapkan Indonesia lebih aktif untuk melakukan kerja sama investasi, perdagangan, energi, pendidikan, olah raga, kepemudaan, kebudayaan dengan PNG.
 Dalam hal ini, PNG mengharapkan PT. PLN di Kota Jayapura, dapat membangun jarinan listrik ke wilayah PNG, dan kerja sama pertambangan mineral dan energi di wilayah perbatasan RI-PNG. Selain itu, pemerintah Indonesia menyediakan beasiswa dan pertukaran pelajar. Dengan persamaan budaya antara masyarakat PNG dan masyarakat Papua, kerja sama kebudayaan, kepemudaan, perempuan, dan kelompok-kelompok usaha kecil menengah didorong antara kedua negara.
 Sejalan dengan pertemuan bilateral RI-PNG ini, Gubernur Papua Lukas Enembe, menyatakan  pertemuan ini  merupakan kehormatan PM PNG mengunjungi Indonesia, memiliki nilai penting dalam kemitraan yang akan datang. Pertama, sepakat meningatkan hubungan bilateral ke comprehensife partnership, di mana PNG sebagai regional player di kawasan pasifik.
 “Kita dukung PNG yang secara konsisten mendukung kedaulatan Indonesia dan mendukung Indonesia aktif di MSG, PIF, South Pacific Dialogue, ini momentum yang baik untuk mengoptimalkan peluang kedua negara. Begitu juga PM PNG juga mendukung pembangunan di Papua dalam bingkai NKRI,” kata Gubernur Papua.
 Lanjut Lukas Enembe, ajakan Presiden kepada Papua untuk mendampingi PM PNG merupakan komitmen pemerintah pusat di dalam semangat otonomi khusus plus, karena jiwa dari otsus plus adalah Provinsi Papua memiliki kewenangan luar negeri walaupun terbatas untuk membangun kerja sama dengan negara-negara asing, terutama di kawasan pasifik.
 Selama ini, kata Lukas Enembe, Provinsi Papua sebenarnya telah menjadi ujung tombak di dalam menjalin hubungan kerja sama antara RI-PNG. Dalam pertemuan di istana negara ini, kedua negera sepakat untuk membuka kembali layanan lintas batas tradisional antara kedua negara.
 “Penyelesian masalah perbatasan antara negara tidak hanya sekadar menarik menetapkan garis batas antara negara, namun jauh yang lebih penting adalah menempatkan perbatasan negara sebagai bagian dari suatu wilayah negara dengan pengelolaan yang tidak terlepas dari kebijakan pemerintah yang tersusun dalam arah pembangunan jangka panjang kawasan perbatsaan negera,”ungkapnya.
 Lukas Enembe juga menegaskan bahwa selama ini Pemerintah Papua aktif di dalam mengelola pembangunan masyarakat di wilayah perbatasan. Pemda Papua telah mengundang kelompok-kelompok masyarakat PNG untuk studi banding di wilayah dan kegiatan perdagangan dan investasi dalam skala yang terbatas.
 Sejalan dengan kesepakatan baru RI-PNG, dalam payung kemitraan komprehensif ini, Lukas Enembe telah mengusulkan sejumlah agenda strategis kepada Presiden RI, antara lain, pengembangan konektivitas guna people to people contact, meningkatkan kerja sama pendidikan melalui pemberikan beasiswa, pengembangan pembentukan sister province/city, antara kedua negara, terutama Provinsi Papua dan provinsi dan kota di PNG. Exchange program antara RI-PNG, yang melibatkan pemuda, mahasiswa, pelajar, dan kelompok perempuan, kerja sama dalam bidang olahraga, pemuda, budaya, dan pendidikan, seperti mengundang delegasi-delegasi PNG untuk menghadiri berbagai festival budaya di Indoensia, maupun sebaliknya. Demikian pula, Pemda Papua mendorong peningkatan kerja sama perdagangan, dan mendorong anak-anak perbatasan PNG untuk bersekeolah di sekolah-sekolah perbatasan (boda school) di Papua.
 Pertemuan bilateral antara Presiden SBY dan PM PNG Peter O’Neill,ini sebagai babak baru bagi kedua negara. Hal ini juga sebagai momentum bagi Provinsi Papua, untuk melakukan peningkatan kerjasama yang memberi manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat Papua. ***

_________________
sumber: jawapos.com
foto: ilustrasi

0 komentar:

Posting Komentar