KOTA JAYAPURA telah lama bersentuhan dengan dunia luar. Kedatangan orang-orang luar yang pernah singgah di tanah Papua diantaranya adalah orang Spanyol. Sejarah arung samudera telah mencatat secara baik seorang berbangsa Spanyol bernama YNICO ORTIS DE FRETES, dengan kapalnya bernama “SAN JUAN“ pada tanggal 16 Mei 1545 berangkat dari Tidore ke Mexico. Dalam perjalanan Ortis de Fretes tersebut sampailah disekitar muara sungai Mamberamo pada tanggal 16 Juni 1545 dan memberikan nama NOVA GUINEA kepada tanah Papua.
Sesudah Ortis de Fretes menyusul lagi pengarung - pengarung samudera lainnya yakni ALVARO MEMDANA DE NEYRA yang datang pada tahun 1567, ANTOMIO MARTA pada tahun 1591 s/d tahun 1593, dan lain-lain. Dapat disimpulkan bahwa orang-orang Spanyol pun pernah ada kontak dan bersentuhan dengan penduduk di Jayapura dan sekitarnya.
Selanjutnya berdasarkan Besleit atau Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda Nomor 4 tanggal 28 Agustus tahun 1909 kepada Asisten residen, di Manokwari diperbantukan 1 detasemen yang terdiri dari 4 Perwira dan 80 personil tentara. Dalam surat keputusan tersebut tertera pada tanggal 28 September tahun 1909 kapal “EDI” mendaratkan satu detasemen tentara dibawah komando Kepten Infanteri F.J.P SACHSE. Segera setelah itu dimulailah penebangan pohon kelapa sebanyak 40 pohon, disertai dengan pembayaran ganti rugi kepada pemiliknya. Maka berdirilah kompamen pertama yang terdiri dari tenda-tenda, dan selanjutnya dibangun perumahan-perumahan secara bertahap.
“Pada hari itu 7 Maret 1910 cuaca sangat buruk tetapi suasana diantara penghuni camp detasemen sangat baik. Keempat brigade berkumpul dalam sikap upacara memperhatikan Kapten/Sachse yang berpidato dalam Bahasa Belanda, dan selanjutnya dalam Bahasa Melayu. Dengan penuh semangat Dia memberikan komando : “Dengan nama Ratu naikkan bendera! Semoga dengan perlindungan Tuhan tidak akan diturunkan sepanjang masa”. Segera setelah bendera berkibar semua sangkur disentakkan dari sarungnya dan terdengar teriakan sorak sorai.
Lahirlah Hollandia atau Jayapura, dengan demikian hari jadi kota Jayapura tercatat sejak tanggal 7 Maret Tahun 1910.
Arti Hollandia, Hol berarti lengkung atau teluk, Land berarti tanah atau tempat. Jadi Hollandia artinya tanah yang melengkung atau tanah atau tempat yang berteluk serupa dengan Negeri Belanda atau Holland yang geografinya menunjukkan keadaan berteluk. Kondisi alam yang berteluk inilah mengilhami Kapten Sachse untuk mencetuskan nama Hollandia, yang kemudian berganti nama hingga 4 kali; Hollandia, Kotabaru, Sukarnopura dan Jayapura sampai sekarang.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 26/1979 tanggal 28 Agustus 1979 tentang pembentukan Kota Administratif Jayapura, maka dengan ketentuan pelaksanaan Permendagri No. 5 tahun 1979 dan Instruksi Mendagri No. 30 tahun 1979, Kota Jayapura pada hari Jumat, 14 September tahun 1979, diresmikan sebagai Kota Administraratif oleh Menteri dalam Negeri Republik Indonesia, Bapak Haji Amir Machmud.
Pada hari yang sama dilantiklah Drs. Florens Imbiri sebagai Walikota Administratif Jayapura oleh Gubernur KDH. Tingkat I Irian Jaya, Bapak Haji Soetran. Maka Jayapura menjadi Kota Administratif yang pertama di Irian Jaya, dan yang ke 12 di Indonesia. Dan Walikota Administratif kedua Drs. Michael Manufandu, MA periode tahun 1989-1993.
Berdasarkan UU No. 6 tahun 1993, Jayapura terjadi perubahan dibidang pemerintahan. Kota Adminstratif Jayapura berubah menjadi Kotamadya Dati II Jayapura dan dilantiklah Drs. R. Roemantyo sebagai WaliKota Madya KDH. Tingkat II Jayapura oleh Mendagri Yogie. S. Memet.
WaliKota KDH. Tingkat II Jayapura menyusun dan melengkapi aparat, dinas otonom, dan dinas vertikal serta membentuk DPRD Kota Madya. Drs R. Roemantyo memimpin Kota Jayapura dari tahun 1994 s/d tahun 1999. Sekretariat Kota untuk pertama kali berkantor di Yoka menempati eks kompleks APDN di pinggir Danau Sentani. Setelah kantor baru berlokasi di Entrop selesai dibangun, pada bulan Juli 1998 kantor Walikota berpindah ke Jln. Balai Kota No. 1 Entrop Distrik Jayapura Selatan.
Kemudian tongkat estafet pembangunan dilanjutkan oleh Bapak Drs. M. R Kambu, M.Si sebagai Walikota Jayapura dan J.I Renyaan, SH sebagai Wakil Walikota Jayapura periode tahun 2000 s/d tahun 2005.
Pada tahun 2005 dalam sejarah demokrasi di Indonesia Kota Jayapura melakukan pemilihan kepala daerah secara langsung oleh rakyat, dimana masyarakat Kota Jayapura memberi kepercayaan kembali kepada Drs. M.R Kambu, M.Si sebagai Walikota Jayapura dan Sudjarwo, BE sebagai Wakil Walikota Jayapura periode tahun 2005 s/d 2010.
Dan kini untuk pertama kalinya tercatat dalam tinta emas perjalanan sejarah Kota Jayapura, seorang Pamong sejati yang merupakan putra asli Tanah Port Numbay terpilih sebagai Pemimpin diatas tanahnya sendiri menjadi Walikota Jayapura. Dialah Dr. Benhur Tommy Mano, MM, berpasangan dengan wakilnya seorang Akademisi Kawakan dari Universitas Cenderawasih Jayapura, DR. H. Nuralam, SE, M.Si periode kepemimpinan 2011 s/d 2016.
Pada Pemilukada Serentak 2017, Dr. Drs Benhur Tommy Mano, MM berpasangan dengan Ir. H. Rustan Saru, MM sebagai calon tunggal Pilada Kota Jayapura, terpilih kembali sebagai pasangan Walikota dan Wakil Walikota Jayapura untuk periode 2017-2022.
Dengan visi “Terwujudnya Kota Jayapura yang beriman, Sejahtera, Maju, Mandiri dan Modern berbasis Kearifan Lokal” dibawah naungan motto “HEN TECAHI YO ONOMI T’MAR NI HANASED” yang bermakna “SATU HATI MEMBANGUN KOTA UNTUK KEMULIAAN TUHAN”.
______________________
Sumber : Dari berbagai sumber
Pada Pemilukada Serentak 2017, Dr. Drs Benhur Tommy Mano, MM berpasangan dengan Ir. H. Rustan Saru, MM sebagai calon tunggal Pilada Kota Jayapura, terpilih kembali sebagai pasangan Walikota dan Wakil Walikota Jayapura untuk periode 2017-2022.
Dengan visi “Terwujudnya Kota Jayapura yang beriman, Sejahtera, Maju, Mandiri dan Modern berbasis Kearifan Lokal” dibawah naungan motto “HEN TECAHI YO ONOMI T’MAR NI HANASED” yang bermakna “SATU HATI MEMBANGUN KOTA UNTUK KEMULIAAN TUHAN”.
______________________
Sumber : Dari berbagai sumber
0 komentar:
Posting Komentar